Jumat, 26 April 2019

BERJUANG MELAWAN KANKER

       PERJUANGAN YANG TIADA HENTI               Kisah ini adalah cerita dari teman saya Muhammad taufik yang sampai kini berjuang melawan penyakit mematikan yaitu KANKER. Suda kita ketahui sebelumnya bahwa penyakit kanker adalah salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
     Kisah pertemanan saya dimulai dari sejak kecil. Kami besar dilingkungan yang sama. Sejak kecil dia sudah kehilangan kasih sayang karena kedua orangtuanya sudah berpisah. Lalu dia diasuh oleh ayahnya dengan sangat tegas. Dia adalah seorang anak yang sangat baik,selalu gembira dan sangat lucu walaupun kadang-kadang dia nyebelin juga.
     Penyakit kankernya baru diketahui sekitar satu bulan yang lalu. Awalnya di mengeluh masalah perutnya yang terus bengkak. Lama-kelamaan muncul benjolan di lehernya dan muncul bercak merah di tubuhnya. Dia juga selalu merasa gelisah dan tidak bisah tidur jika malam.
      Awalnya dia menolak untuk memeriksakan dirinya di dokter. Karena terus didesak dia akhirnya mau juga untuk memeriksakan dirinya di dokter. Stelah diperiksa dia diduga menderita penyakit kanker. Disitulah kami sangat terkejut dengan hal itu. Kami baru mau untuk menjenguknya ternyata dia dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar, karena rumah sakit sebelumya tidak punya alat untuk menangani penyakit ini.
      Waktu kami menanyakan keadaannya dia mengatakan bahwa dia tidak apa-apa. Padahal kami tau dia sedang menanggung sakit yang sangat menyiksa. Sekarang untuk bernafas dia harus dibantu. Dia orangnya tidak mudah untuk menyerah. Dia selalu ceria dan menutupi rasa sakitnya dengan senyuman walaupun dia tahu bahwa penyakitnya dapat merenggut nyawanya kapan saja.
     Marilah kita mendoakan teman kita ini segara sembuh dan dapat beraktivitas seperti dulu dengan keriangan dan kelucuannya.
     TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA SAMPAI JUMPA DI BLOG SAYA SELANJUTNYA SEMOGA DAPAT MEMOTIVASI TEMAN-TEMAN SEKALIAN  # KANDA

Rabu, 24 April 2019

kisah inspiratif JAMGAN MUDAH MENYERAH

     Ini adalah kisah yang saya alami mungkin dapat memotivasi teman-teman semua
     Kisah ini diawali sejak kelas 1 SMP pada waktu itu saya mulai tertarik dengan suatu olah raga yaitu pencak silat. Sayapun mengikuti olah raga itu, awalnya saya sangat semangat mengikuti pencak silat. Tapi setelah satu tahun latihan dan sudah umengikuti beberapa turnamen saya tidak kunjung juara juga. 
     Akibatnya saya sempat vakum karena rasa frustasi ini. Tapi ketika saya bertemu pelatih saya dia mengatakan semua akan indah pada waktunya dan terus berusaha karena semakin susah didapatkan maka semakin indah ketika engkau mendapatkannya. Sejak itu saya berusaha keras untuk jadi juara. Akhirnya setelah hampir empat tahun latihan saya akhirnya jadi juara juga. Kata-kata pelatih saya jadi terbukti saya langsung juara 1 Dispora cup sul sel, juara 3 kejuaraan nasional PPLP dan lolos untuk popwil di NTB disana sayapun dapat juara 3. Semua ini karena usaha yang tiada henti dan tentunya dengan doa.
     Terimah kasih untuk pelatihku yang selalu menasehati dan melatih saya hingga bisa sampai pada titik ini. Pesan saya terus berusaha dan jangan pernah berhenti karena usaha dan doa itu adalah kunci kesuksesan. Biarkan orang merendahkanmu sampai serendah-rendahnya lalu balas mereka dengan kesuksesanmu. Buatlah semua cibiran mereka sebagai cambuk untuk menuju kesuksesan. Ini adalah kisah hidup saya sendiri.
SEMOGA BLOG SAYA INI DAPAT MEMOTIVASI TEMAN-TEMAN SEMUA JANGAN PERNAH BERHENTI UNTUK BERUSAHA. SAMPAI JUMPA DI BLOG SAYA BERIKUTNYA# KANDA

Budaya Sadis Bugis " sigajang laleng lipa' " atau baku tikam dalam sarung


  1. SIGAJANG LALENG LIPA'  ATAU BAKU TIKAM DALAM SARUNG                                       Inimerupakan suatu budaya kuno yang masih terjadi atau dilakukan masyarakat Bugis.Ini merupakan suatu kebanggaan bagi keluarga atau orang yang mampu untuk membunuh lawannya ketika melakukan tradisi ini. Bukan karena apa tapi inilah bentuk dari pelampiasan kemarahan dari kedua belah pihak yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan cara baik".                                                                   
       
                                                                              Siri' atau malu inilah hal yang paling pantang untuk di alami oleh suku Bugis. Karena ketika dia sudah dibuat malu maka dia akan membunuh atau melakukan apapun untuk membalas rasa malunya salah satunya dengan cara SIGAJANG LALENG LIPA LIPA ini merupakan penyelesaian akhir ketika jalan damai sudah tidak bisa di tempuh lagi.                                                                      
                                                                              Anggota keluarga yang di utus untuk melakukan budaya ini adalah orang memiliki keberanian yang sangat besar. Seperti nenek buyut Bugis yaitu pelaut yang memiliki keberanian yang sangat tangguh. Rasa malu inilah yang mendorong  masyarakat Bugis nekat untuk membunuh lawannya. Namun ini juga memiliki peraturan yaitu harus menggunakan senjata khas Bugis yaitu badik atau Kawali dan harus di saksikan kedua belah pihak yang bertikai serta di iringi dengan musik khas Bugis. 
                        2. SIGAJANG
                                                                       Satu lagi budaya Bugis yang masih terjaga sampai kini adalah SIGAJANG yaitu budaya saling membunuh tapi tidak dalam sarung. Disini tidak memiliki peraturan. Biasanya kedua pelaku meninggal dunia, makanya di daerah banyak orang yang belajar beladiri khas Bugis yaitu SENDENG atau SEMPRENG keduanya merupakan pencak silat khas Bugis.                                                    Sudah banyak sekali orang yang menjadi korban jiwa dari tradisi sadis Bugis ini. Semua budaya Bugis sadis ini di awali dengan siri' atau malu, orang Bugis sangatlah menjaga siri'nya. Karena ada sebuah pepatah Bugis yang berbunyi "Narekko siri'ku mu kecca' cappa' Kawali mabbicara" yang artinya kalau kamu ganggu rasa Maluku maka ujung baiklah yang akan berbicara. Itulah makanya orang Bugis di perantau ataupun sesama orang Bugis sangat di hormati dan di takuti karena ketegasannya dan kesadisannya. Budaya ini perlu dilestarikan supaya kita semua saling menghormati dan Jangan pernah menganggap remeh orang lain.                      TERIMAH KASIH ATAS KUNJUNGANNYA SAMPAI  JUMPA DI BLOGGER SAYA BERIKUTNYA SALAM BUDAYA # KANDA

Selasa, 16 April 2019

Kisah sukses seorang atlit dari nol

Jadi Pelipat Parasut

Atlet paralayang Indonesia, Jafro Megawanto  bersama  Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna usai upacara pemberian medali emas pada nomor ketepatan mendarat pria Asian Games 2018 di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat, Kamis (23/8). (Merdeka.com/Arie Basuki)
Atlet paralayang Indonesia, Jafro Megawanto bersama Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna usai upacara pemberian medali emas pada nomor ketepatan mendarat pria Asian Games 2018 di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat, Kamis (23/8). (Merdeka.com/Arie Basuki)
Sebelum menjadi atlet paralayang, Jafro Megawanto pernah menjadi pelipat parasut para atlet. Dari situlah Jafro bertekad menjadi pilot paralayang. Kesempatan itu datang ketika ia akhirnya ikut berlatih di sekolah paralayang, lalu menjadi atlet.
"Hari ini, Jafro Megawanto bahkan meraih lebih dari sekadar mimpi menjadi atlet paralayang. Di venue paralayang di kawasan Gunung Mas Puncak tadi, Jafro meraih medali emas Asian Games 2018 dalam nomor ketepatan mendarat perorangan."
"Selamat Jafro Megawanto untuk emas ketujuh bagi Indonesia!" kata Jokowi dalam akun Instagramnya.
2 of 5

2. Penggembala Kambing

Lifter putra andalan Indonesia Eko Yuli Irawan (61,83) berhasil memberikan medali emas yang kelima untuk kontingen Indonesia usai turun di partai final putra kelas 62 kg grup A di Hall A3 Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8)
Lifter putra andalan Indonesia Eko Yuli Irawan (61,83) berhasil memberikan medali emas yang kelima untuk kontingen Indonesia usai turun di partai final putra kelas 62 kg grup A di Hall A3 Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8)
Eko Yuli Irawan menjadi andalan tim Indonesia untuk meraih emas di Asian Games 2018. Berawal dari menggembala kambing, Eko menjadi lifter kelas dunia dan berprestasi hingga ajang Olimpiade.
Tak hanya itu saja, Eko berhasil menyumbang emas pertama di cabang olahraga angkat besi di Asian Games 2018. Dia menyumbang medali emas untuk Indonesia dengan melakukan angkatan total 311 kg (snatch 141 kg dan clean and jerk 170 kg).
3 of 5

3. Mengais Sampah

Saudara kembar Lena dan Leni menjadi ratu sepak takraw di PON Jabar 2016
Saudara kembar Lena dan Leni menjadi ratu sepak takraw di PON Jabar 2016
Si kembar, Lena dan Leni, merupakan dua atlet andalan Indonesia di cabang olahraga sepak takraw pada ajang Asian Games 2018. Lena dan Leni sempat mengalami kendala ekonomi. Ketika sudah lulus dan akan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas, Lena dan Leni dihadapkan pada permasalahan yang sama: biaya pendidikan.
Di sinilah pertama kalinya sepak takraw mengubah jalan hidup si kembar. Meskipun ikut sepak takraw karena "terpaksa".
"Pengin sekolah sampai SMA jadi ikut sepak takraw, soalnya di SMA itu atlet-atlet takraw digratiskan sekolahnya, jadi kami pun ikut. Kebetulan pelatih juga tahu kami ada bakat, jadi alhamdulillah bisa sampai sekarang," kata Lena.
Namun, yang digratiskan hanya iuran. Peralatan untuk sekolah dan latihan, para siswa harus punya masing-masing. Lena dan Leni tak kehabisan akal. Beruntung mereka bertetangga dengan pemilik pengepul barang bekas. Jika ada barang bekas yang tidak dapat diolah, biasanya si tetangga membuang barang-barang tersebut di dekat tanggul sungai.
Di sini, Lena dan Leni rela mengais sampah demi mendapat sepatu bekas yang menurut standar mereka masih layak digunakan. Mau tidak mau, suka tidak suka, Lena-Leni harus mempelajari olahraga sepak takraw.
4 of 5

4. Demi Orangtua

Pesilat Indonesia, Aji Bangkit Pamungkas mengibarkan bendera Merah Putih usai meraih medali emas ke-16 untuk Indonesia dalam babak final Kelas I Putra Asian Games 2018 di TMII, Jakarta, Senin (27/8). (Merdeka.com/Arie Basuki)
Pesilat Indonesia, Aji Bangkit Pamungkas mengibarkan bendera Merah Putih usai meraih medali emas ke-16 untuk Indonesia dalam babak final Kelas I Putra Asian Games 2018 di TMII, Jakarta, Senin (27/8). (Merdeka.com/Arie Basuki)
Aji berhasil menyumbangkan medali emas untuk Indonesia dari nomor tarung putra kelas I 85-90 kg Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta, Senin (27/8/2018).
Aji Bangkit Pamungkas menang telak 5-0 atas pesilat Singapura, Sheik Ferdous Sheik Alauddin. Setiap jutor memberikan nilai kemenangan bagi Aji, 14-8, 13-9, 17-8, 11-8, dan 20-10.
Berbarengan dengan kesuksesannya meraih kemenangan, Aji mengingat orang tuanya dan ingin memberikan kebahagiaan untuk sosok yang telah membesarkannya itu.
"Lawan dari Singapura sangat kuat, saya merasa kesulitan di awal. Namun, saya terus mengikuti instruksi pelatih. Medali ini untuk masyarakat Indonesia, untuk pencak silat Indonesia, dan masyarakat Lombok agar ada senyuman untuk mereka," ujar Aji.
"Kemenangan ini, medali ini, bonus untuk orang tua. Saya ingin memberangkatkan orang tua saya untuk pergi haji dan memberikan rumah untuk orang tua saya," lanjutnya.
Reporter : Fellyanda Suci Agiesta
Sumber: Merdeka.com